”Dan Kami tidak mengutus kamu, kecuali sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.” Al Anbiya’:107
Kasih sayang Muhammad saw. meliputi hewan
dan tanaman. Terhadap burung dan unta misalkan, atau terhadap pelepah
kurma yang merintih, sehingga hati beliau tersayat ketika mendengar
rintihannya.
Tentunya, terhadap manusia beliau lebih sayang, terutama kepada anak-anak.
Tentunya, terhadap manusia beliau lebih sayang, terutama kepada anak-anak.
Muhammad saw. merupakan contoh agung
dalam berkasih sayang dan bersikap lembut terhadap anak-anak. Beliau
teladan besar dalam mendidik anak-anak kita.
Adalah Muhammad saw. sebagai ayah yang
penyayang, sebagai kakek yang lembut dan penuh perhatian terhadap semua
anak-anak… Inilah pribadi Muhammad, Nabi kemanusiaan saw.
Sungguh, Muhammad saw. memberi pelajaran
dan pengalaman berharga bagi kita semua dalam hal mendidik anak-anak
kita. Agar kita mampu mencetak generasi yang mampu mengemban
tanggungjawab luhur dan mengangkat tinggi panji Islam.
Pokok-Pokok Pendidikan Muhammad
Sirah Nabi telah mengajarkan kepada kita
prinsip-prinsip pendidikan, yaitu pentingnya anak-anak memiliki percaya
diri, mandiri dan mampu mengemban tanggungjawab di usia dini. Inilah
problematika kita sekarang, anak-anak kita kehilangan sikap percaya
diri, mandiri dan mental dewasa.
Kita berhajat untuk mengingat peristiwa
di mana Muhammad saw. menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin
pasukan kaum muslimin, meskipun usianya masih muda belia. Ketika itu
umurnya baru enam belas tahun (16), padahal ada orang yang lebih tua dan
lebih tinggi kedudukannya, seperti Abu bakar, Umar radhiyallahu anhum.
Kenapa Muhammad melakukan hal demikian? Adalah karena beliau ingin
mengajarkan kepada Zaid rasa percaya diri, dan agar menghilangkan
anggapan sebagian orang bahwa Zaid tidak mampu, sekaligus sebagai
pembelajaran bagi generasi masanya untuk peduli dengan problematika umat
dan berkontribusi menyelesaikannya.
Pendidikan Sikap dan Perilaku
Muhammad saw. mengajarkan dasar-dasar
ajaran agama yang lurus kepada anak-anak sejak dini. Beliau mendorong
mereka untuk mempelajari etika umum dan perilaku lurus yang orang Barat
sekarang menamakannya sebagai ”Seni Etika”.
فقد روى البخاري ومسلم أن
عمر بن أبي سلمة، قال:” كنت غلامًا في حجر رسول الله، وكانت يدي تطيش في
الصفحة، فقال لي رسول الله “يا غلام، سمِّ الله، وكل بيمينك، وكل مما
يليك”، وعندما أراد الحسين- رضي الله عنه – أن يأكل تمرة من تمر الصدقة،
قال له الرسول : “كخ كخ، أما علمت أنا لا تحل لنا الصدقة؟!”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata: ”Ketika
saya masih kecil di asuhan Rasulullah, saya hendak meraih makanan di
nampan, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Wahai anak kecil, sebutlah nama
Allah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah apa yang terdekat dari
kamu.”
Ketika Husain ra, cucu Nabi hendak makan kurma dari hasil sedekah, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Jangan, jangan. Bukankah kamu tahu, bahwa tidak halal bagi kita -keluarga NAbi- sedekah seseorang?!.”
Ayah Yang Penyayang
Ketika kita berbicara kasih sayang dan
kelembutan Muhammad saw. terhadap anak-anak, maka tidak akan pernah kita
temukan bandingan dan permisalan seperti beliau saw. Banyak peristiwa
dalam sirah Nabi yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau
terhadap anak-anak. Baik beliau sebagai Ayah, Kakek atau Pendidik bagi
semua anak-anak. Termasuk kasih sayang beliau terhadap anak-anak non
muslim.
فقد كان النبي- صلى الله
عليه وسلم- يرفع ابنته فاطمة الزهراء – رضي الله عنها – وهي صغيرة عاليا ثم
ينزلها ويفعل هذا عدة مرات، ثم يقول “ريحانه أشمها ورزقها على ربها”،
“Adalah Muhammad saw. mengangkat dan
melempar ke atas putri kecilnya, Fathimah Az Zahra’ ra tinggi-tinggi dan
menangkapnya. Beliau melakukan iti beberapa kali, kemudian beliau
bersabda, ”Semoga harum namanya dan luas rizkinya.”
Adalah Muhammad sangat mencintai cucu-cucunya.
وكان النبي- صلى الله عليه
وسلم- محبا لأحفاده وكان كثيرا ما يقوم بتدليلهم فعن جابر يقول” دخلت على
النبي صلى الله عليه وسلم، وهو يمشي على أربعة وعلى ظهره الحسن والحسين –
رضي الله عنهما- وهو يقول “نعم الجمل جملكما ونعم العدلان أنتما”، وروى
الإمام أحمد في مسنده،
Diriwayatkan oleh Jabir, berkata, ”Saya
menemui Nabi saw, ketika beliau berjalan merangkak sedangkan di atasnya
Hasan dan Husain ra sedang bercanda. Beliau bersabda,
”Seganteng-ganteng orang adalah kalian berdua, dan seadil-adil orang
adalah kalian berdua.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, berkata, ”Kami
shalat Isya’ bersama Nabi. Ketika Nabi sujud, Hasan dan Husain menaiki
punggung Nabi. Ketika beliau mengangkat kepalanya, beliau mengambil
keduanya dari sisi belakang dengan cara lembut dan menaruh keduanya di
lantai. Ketika beliau sujud kembali keduanya mengulangi seperti
sebelumnya sampai beliau selesai shalat. Kemudian beliau mendudukkan
salah satunya di pahanya.”
Dari Usamah bin Zaid ra, Rasulullah
saw mengambil saya dan mendudukkan saya di pahanya sedangkan di paha
satunya duduk Hasan ra, kemudian beliau merangkulkan keduanya seraya
berdo’a, ”Ya Allah sayangi keduanya, karena saya menyayangi keduanya.”
Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya, berkata, ”Adalah
Rasulullah saw sedang berkhutbah, ketika itu Hasan dan Husain memakai
baju merah berjalan-jalan dan mutar-mutar di dalam masjid. Maka
Rasulullah saw. turun dari minbar dan mengambil keduanya, dan menaruhnya
di dekatnya seraya bersabda, ”Sungguh benar firman Allah, ”Sesungguhnya
harta-harta dan anak-anak kalian adalah fitnah bagi kalian.” Saya lihat
kedua anak ini jalan-jalan, sehingga saya tidak bersabar, saya memotong
khutbahku agar saya mengambil keduanya.”
وجاء الأقرع بن حابس إلى
رسول الله فرآه يقبّل الحسن بن علي،” فقال الأقرع: أتقبّلون صبيانكم؟! فقال
رسول الله: (نعم)، فقال الأقرع: إن لي عشرةً من الولد ما قبلت واحدًا منهم
قط، فقال له رسول الله : (من لا يرحم لا يرحم) متفق عليه.
Al Aqra’ bin Habis datang menemui Rasulullah saw. Ketika itu ia melihat beliau mencium Hasan bin Ali ra. Maka saya bertanya, ”Apakah
kalian mencium anak-anak kalian?” Rasulullah saw. menjawab, ”Ya”. Al
Aqra’ berkata, ”Sungguh, saya mempunyai sepuluh anak, tidak pernah
sekali pun saya mencium salah satu dari mereka.” Maka Rasulullah saw.
bersabda, ”Barangsiapa yang tidak sayang, ia tidak akan disayang.” Muttafaqun ’Alaih.
Perilaku Muhammad saw. yang demikian
tidak hanya kepada keluarganya saja, tapi untuk semua anak-anak pada
masanya, sampai pembantunya sekalipun. Adalah Anas Bin Malik memberi
kesaksian, ”Saya telah sepuluh tahun menjadi pelayan Rasul, selama itu beliau tidak pernah berkata uf atau hus ata ah kepada saya.”
Adalah Muhammad saw. sangat menganjurkan
agar memberi nama anak dengan sebaik-baik nama, begitu juga beliau
sangat tidak setuju dan melarang pemberian nama yang buruk. Kenapa?
Karena nama itu jangan sampai mempengaruhi mentalitas anak ketika mereka
menginjak dewasa.
Muhammad saw. juga sangat memperhatikan penampilan anak-anak.
فعن نافع بن عمر أن النبي – صلى الله عليه وسلم – رأى صبيا قد حلق رأسه وترك بعضه فنهاهم عن ذلك وقال “احلقوه كله أو اتركوه كله”،
Diriwayatkan dari Nafi’ bin Umar,
bahwa Nabi saw. melihat anak kecil rambutnya dipotong separuh dan
separuh lagi dibiarkan, maka beliau melarang hal yang demikian, seraya
bersabda, ”Cukur semuanya atau tidak sama sekali.”
Inilah bukti kepedulian beliau terhadap
penampilan anak, agar anak-anak tampil lebih baik, yaitu tampilan
Islami. Contoh peristiwa kepedulian Muhammad saw. terhadap pendidikan
perilaku dan kasih sayang beliau terhadap anak-anak sangatlah banyak
sekali.
Penyayang Terhadap Non Muslim
Muhammad saw. tidak hanya penyayang terhadap anak-anak muslim saja. Namur beliau juga penyayang terhadap anak-anak non muslim.
Adalah kisah anak non muslim Abu
Mahdzurah, si pemilik suara merdu. Ketika dia mengejek adzan. Bagaimana
Muhammad saw. Memperlakukannya? Beliau tidak memarahinya atau
menghukumnya atas ejekan itu. Bahkan beliau mengusap kepalanya seraya
berdo’a, “Ya Allah, berilah keberkahan terhadapnya dan tunjukilah
dia kepada Islam, beliau mengucapkan itu dua kali. Selanjutnya beliau
menyuruh dia mengucapkan, “Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar”
sampai akhirnya Abu Mahdzurah adzan di Makkah, Subhanallah!
Muhammad saw. juga sangat peduli terhadap
anak-anak non muslim yang sedang sakit, beliau mendo’akan
kesembuhannya, beliau memegang tangannya dan mendo’akan kebaikan
terhadapnya.
فقد ورد في صحيح البخاري عن
أنس بن مالك رضي الله عنه، قال: “كان غلام يهودي يخدم النبي صلى الله عليه
وسلم فمرض, فأتاه الرسول – صلى الله عليه وسلم- يعوده فقعد عند رأسه، فقال
له أسلم فنظر إلى أبيه وهو عنده، فقال له: “أطع أبا القاسم”؛ فأسلم الصبي
,فخرج النبي- صلى الله عليه وسلم- وهو يقول الحمد لله الذي أنقذه من النار “
Diriwayatkan dalam shahih Imam Bukhari dari Anas bin Malik ra, berkata,
“Adalah seorang anak Yahudi menjadi pelayan Nabi sedang menderita sakit, maka Rasulullah saw. menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya seraya berkata kepadanya, “Berislamlah”. Anak tadi menoleh kepada ayahnya yang berada di sampingnya. Ayahnya berkata, “Ikuti Abal Qasim”. Maka bocah tadi masuk Islam. Lalu Rasulullah saw. keluar seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dia dari neraka.”
“Adalah seorang anak Yahudi menjadi pelayan Nabi sedang menderita sakit, maka Rasulullah saw. menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya seraya berkata kepadanya, “Berislamlah”. Anak tadi menoleh kepada ayahnya yang berada di sampingnya. Ayahnya berkata, “Ikuti Abal Qasim”. Maka bocah tadi masuk Islam. Lalu Rasulullah saw. keluar seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dia dari neraka.”
Sunggguh Agung Kepribadian Muhammad
Sungguh, sungguh menakjubkan pribadi
engkau wahai Muhammad. Engaku tetap menjadi teladan, model dan idola
yang layak dicontoh bagi setiap manusia dalam segala sisi kehidupan.
Engkau adalah kasih sayang yang dihamparkan Allah swt. di muka bumi.
Engkau telah menjadikan kami sebagai “khairu ummah”, sebaik-baik umat manusia.” Sungguh benar firman Allah swt,
”Sungguh, ada suri tauladan yang baik
bagi kalian pada diri Rasulullah, yaitu bagi siapa saja yang mengharap
(berjumpa dengan) Allah dan Hari Akhir.” Al Ahzab:21
Shalawat dan salam untukmu Ya Rasulullah. Allahu A’lam(Ulis Tofa, Lc/dakwatuna)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar