Minggu, 09 Oktober 2011

Tak peduli keluhan rakyat, SBY - Boediono dituntut mundur


JAKARTA (Arrahmah.com) – Ribuan massa Aliansi Rakyat Untuk Perubahan (ARUP) melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, pada Rabu (5/10/2011) menuntut agar SBY-Boediono mundur sekarang juga. Pasalnya rezim SBY-Boediono dinilai sebagai rezim korup dan antek asing yang hanya menyengsarakan rakyat.
Massa yang berjumlah sekitar 4000 orang tersebut terdiri atas mahasiswa, buruh, pemuda, aktivis, dan rakyat. Mereka memulai aksi dengan long march dari depan Gedung Indosat menuju Istana Negara.
Koordinator aksi Ahmad Kasino mengatakan, aksi tersebut membawa pesan yang tegas, yakni menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Boediono mundur sekarang juga. Tuntutan tersebut disampaikan karena banyaknya berbagai kritik dan saran yang selama ini disampaikan banyak kalangan agar SBY memperhatikan nasib rakyat tidak kunjung mendapat respon semestinya. Pemerintahan di bawah SBY-Boediono justru sibuk dengan politik pencitraan yang membuat rakyat semakin geram.
“Kami sudah lelah memberi masukan dan kritikan. SBY-Boediono lebih suka menutup mata, telinga, dan hati nuraninya daripada mendengar keluhan rakyat. Sama sekali tidak ada upaya nyata dan substansial darinya untuk mengangkat harkat, martabat, dan kesejahteraan rakyat. Itulah sebabnya kami minta SBY-Boediono segera turun, sekarang juga. Cukup sudah. Enough is enough!” papar Kasino.
Dalam aksi tersebut, beberapa mahasiswa dan buruh bergantian berorasi dari atas mobil komando yang diparkir tepat di depan Istana Negara. Orasi-orasi tersebut berisi tentang kehidupan rakyat yang kian menderita, serta kecaman terhadap perilaku elit di legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang banyak melakukan tindakan tercela, seperti korupsi merajalela dan masalah moralitas yang membelit para elit tersebut.
“Kami juga minta Partai Demokrat dibubarkan. Partai ini sudah terbukti menjadi sarang para perampok uang negara. Skandal Bank Century, wisma atlet, dan sejumlah kasus korupsi lain menjadi bukti betapa Partai Demokrat telah menyalahgunakan dan menyelewengkan amanah yang diberikan rakyat. Karena itu, Partai Demorkat sangat layak dibubarkan,” ujar Yudha, aktivis dari BEM Jakarta.
Sebagai  wujud tuntutan pembubaran partai penguasa itu, mahasiswa membakar spanduk raksasa (giant banner) yang bergambar kepala Ibas, Anas, Angie, dan Mirwan.  Pada bagian tengah tertulis “APBN ke Kongres Rp Miliaran + Jutaan US$”. Sedangkan di bagian bawah tertulis “BUBARKAN PARTAI DEMOKRAT” yang ditulis dengan huruf kapital dan berukuran besar. Puncak aksi ditandai dengan pembakaran giant banner tersebut yang disambut dengan tepuk tangan meriah massa demonstran.
Beberapa organisasi yang mengikuti aksi tersebut antara lain, Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 92, Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jakarta, Laskar Anti Korupsi (LAKI) Pejuang, dan rakyat yang datang dari kawasan Jabodetabek.
Selain berorasi mereka juga membawa puluhan spanduk dan poster, yang bertuliskan: “SBY-Boediono Segera Angkat Kaki dari Istana”, SBY-Boediono Tak Punya Malu Dasar Rai Gedhek, SBY-Boediono Bicaramu Bohong Kebijakanmu Kosong, Rakyat Miskin Makan Nasi Aking, Harga Beras Terus-menerus Naik, Uang SPP Mahal Anak-anak Putus Sekolah, Rumah Sakit Mahal Rakyat Wafat, dan Dana APBN Dirampok Rakyat Merana.
Meskipun diikuti oleh ribuan orang dari berbagai organisasi, namun ARUP tampaknya mampu mengkoordinasi massa dengan baik, hal tersebut dibuktikan dengan tertibnya kegiatan aksi tanpa adanya kerusuhan atau bentrokan dengan aparat keamanan. (em/arrahmah.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar