Sementara di belahan bumi lain orang-orang berpesta dengan
kemewahan. Sementara di bumi lain, warga dunia bingung untuk diapakan
uang mereka yang berlimpah. Sementara di Indonesia orang-orang antri di
mal dan pusat perbelanjaan, kaum muslimin Somalia menghitung hari untuk
keberlangsungan hidup mereka.
Berikut ini adalah di antara wajah-wajah duka muslimah dan mujahid-mujahid muda Somalia. Kelaparan dan krisis gizi memaksa mereka untuk berjalan jauh untuk sesuap makan. Walaupun, terik dan tangis anak-anak mengiringi perjalanan hidup mati mereka.
Dadaab, salah satu kamp pengungsian di Kenya, tiba-tiba menjadi ramai dengan sekitar 400 ribu wanita dan anak-anak yang ingin mendapatkan bantuan makanan dan layanan kesehatan untuk balita mereka.
Warga Somalia termasuk anak-anak sedang antri jatah makanan di sebuah pengungsian di Mogadishu. Selama dua pekan pertama di bulan Juli, ribuan orang sudah mendatangi tempat-tempat pengungsian untuk mendapatkan bantuan makanan.
Para ibu dan anak-anak mereka harus bersabar dalam antrian panjang
untuk mendapatkan makanan. Ribuan orang memadati sebuah pengungsian di
Mogadishu dalam dua pekan di awal Juli. Dari hari ke hari, jumlah mereka
terus bertambah.
Duba Dagane sedang berusaha membantu suaminya, Abdi Ibrahim yang
menderita kelaparan dan krisis gizi di sebuah pengungsian di Kenya.
Seorang pasukan dari faksi Asy-Syabab sedang menjaga ratusan muslimah
yang ikut mengantri untuk mendapatkan makanan di sebuah pengungsian di
Somalia. Konflik bersenjata memang terus berlangsung melibatkan
pemerintah, mujahidin Somalia, dan pasukan dari luar Somalia.
Inilah di antara kemasan makanan yang saat ini menjadi konsumsi
sehari-hari warga muslim Somalia. Beberapa pihak memanfaatkan ini untuk
mengambil keuntungan politik.
Aden Salaad, balita berusia 2 tahun, berada di bak air ibunya di
sebuah pengungsian di Kenya. Tempat inilah yang dirasa paling nyaman
untuk Salaad ketika ibunya sedang mendaftar dan ikut antri mendapatkan
makanan dan layanan kesehatan.
Suban Usman, nenek usia 60 tahun, sedang memangku dan menemani cucunya yang sedang sakit di sebuah klinik di pengungsian.
Abdul Fatah Hasan, bocah usia 11 bulan sedang menanti pelayanan
kesehatan di sebuah pengungsian di Kenya. Seperti umumnya balita
Somalia, Fatah menderita krisis gizi dan kelaparan.
Aden Ibrahim, 4 tahun, meninggal dunia ketika keluarganya baru saja
tiba di sebuah pengungsian di Kenya. Seperti halnya balita lain di
Somalia, Aden meninggal karena krisis gizi.
Sekitar enam warga Somalia sedang menyalatkan jenazah gadis cilik
berusia 3 tahun, Nasro Ahmad Gure yang terbungkus dalam tikar plastik.
Nasro meninggal karena kelaparan dan krisis gizi di pengungsian
Dagahaley, Kenya.mnh/boston.com
Berikut ini adalah di antara wajah-wajah duka muslimah dan mujahid-mujahid muda Somalia. Kelaparan dan krisis gizi memaksa mereka untuk berjalan jauh untuk sesuap makan. Walaupun, terik dan tangis anak-anak mengiringi perjalanan hidup mati mereka.
Dadaab, salah satu kamp pengungsian di Kenya, tiba-tiba menjadi ramai dengan sekitar 400 ribu wanita dan anak-anak yang ingin mendapatkan bantuan makanan dan layanan kesehatan untuk balita mereka.
Warga Somalia termasuk anak-anak sedang antri jatah makanan di sebuah pengungsian di Mogadishu. Selama dua pekan pertama di bulan Juli, ribuan orang sudah mendatangi tempat-tempat pengungsian untuk mendapatkan bantuan makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar