Allohu
Akbar… Maha Besar Alloh, yang telah menciptakan manusia dengan
bentuknya yang sempurna, kemudian Alloh anugerahkan mereka dengan
kecerdasan dan otak supaya mereka ini mau berpikir akan ciptaan Alloh.
Alloh Ta’ala berfirman :
وَفِيْ الأَرْضِ ءَايَاتٌ لِلْمُوْقِنِيْنَ وَفِيْ أَنْفُسِكُمْ أَفَلاَ تُبْصِرُوْنَ
“Dan
di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak
memperhatikan?” (QS Adz-Dzaariyat : 20-21)
Al-Imam ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di menjelaskan ayat di atas :
“Alloh Ta’ala berfirman menyeru hamba-hamba-Nya untuk bertafakkur (berfikir) dan mengambil i’tibar (pelajaran) : “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin”
yang mencakup bumi itu sendiri dan apa-apa yang ada padanya seperti
pegunungan, lautan, sungai, pepohonan dan tetumbuhan, yang menunjukkan
orang yang memikirkannya dan merenungkan maknanya, akan keagungan
pencipta-Nya, kekuasannya-Nya yang maha luas, kebaikan-Nya yang umum
mencakup semuanya dan ilmu-Nya yang mencakup zhahir dan bathin. Demikian
pula, bahwa di dalam diri seorang hamba itu ada pelajaran, hikmah dan
rahmat yang menunjukkan bahwa Alloh itu maha tunggal al-Ahad…” [Taysir Karimir Rahman, tafsir surat adz-Dzariyat, juz 29, hal. 809).
Manusia
zaman dahulu tidak mengetahui bahwa mereka mengalami perkembangan di
dalam perut (uterus ibnu mereka) hingga akhirnya sains modern
menguaknya. Ilustrasi pertama yang diketahui tentang sebuah janin
digambar oleh Leonardo Da Vinci pada abad ke-15. Pada abad ke-2 Masehi,
Galen menggambarkan Plasenta dan membran fetal di bukunya yang berjudul
‘On the Formation of the Fetus’. Mungkin, karena inilah para dokter pada
abad ke-7 M kemungkinan besar telah mengetahui bahwa embrio manusia
berkembang di dalam uterus, namun tetap saja tidak mungkin mereka
mengetahui bahwa embrio tersebut berkembang secara bertahap, walaupun
Aristoteles telah menggambarkan tahap-tahap perkembangan embrio ayam
pada abad ke-4 sebelum masehi. Pemahaman bahwa embrio manusia berkembang secara bertahap tidak dibahas dan diilustrasikan sampai abad ke-15.
Baru setelah Mikroskop ditemukan pada abad ke-17 oleh Leueewenhoek, deskripsi tentang embrio ayam dibuat, namun pengetahuan
akan perkembangan embriologi manusia tidaklah diketahui secara
mendetail melainkan setelah abad ke-20 setelah Streeter (1941)
mengembangkan sistem pertama kali tentang tahap perkembangan embrio yang
kemudian digantikan oleh sistem yang lebih akurat yang dikemukakan oleh
O’Rahilly (1972).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam telah
menjelaskan perkembangan embrio ini secara mendetail 14 abad yang lalu,
dimana pada zaman itu mikroskop, USG dan semisalnya belum ditemukan.
Alloh Ta’ala berfirman :
يَخْلُقُكُمْ فِيْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ خَلْقًا مِنْ بَعْضِ خَلْقٍ فِيْ ظُلُمَاتٍ ثَلاَثٍ
“Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.” (QS az-Zumar : 6)
Syaikh Ibnu Sa’di rahimahullahu menjelaskan penafsiran ayat ini : “yaitu Alloh menciptakan kalian thur ba’da thur (tahap
demi tahap bentuknya), dan kalian dalam keadaan dimana tidak ada tangan
satu makhlukpun memegang kalian dan mata melihat kalian, dan Dia-lah
Alloh yang memelihara kalian di dalam tempat yang sempit tersebut (perut
ibu, uterus), “dalam tiga kegelapan” yaitu kegelapan perut [zhulmatul Bathni], kegelapan rahim [zhulmatur rahmi] kemudian kegelapan tembuni/ari-ari [zhulmatu masyimah].
Sains
modern menjelaskan bahwa tahapan perkembangan embrio di dalam uterus
memang terjadi secara bertahap, bentuk demi bentuk. Dan sains modern
menjelaskan bahwa janin manusia berada pada tiga lapisan, yaitu :
-
Dinding anterior abdomen
-
Dinding uterus
-
Membran Amniochorionic (lihat Gambar 1)
(Gambar
1. Gambar irisan sagital dari abdomen dan pelvis (tulang kelamin)
wanita menunjukkan janin di dalam uterus. Tiga kegelapan tersebut adalah
: (1) Dinding anterior abdomen, (2) Dinding uterus, dan (3) Membran
Amniochorionic.)
Penafsiran
di atas tidak menyelisihi penjelasan sains modern, dimana “tiga
kegelapan” tersebut yang dijelaskan oleh Syaikh as-Sa’di adalah sama
dengan yang disebutkan di dalam sains modern.
Zhulmatul Bathni (kegelapan perut) bisa diinterpretasikan sama dengan dinding anterior abdomen. Karena bathnun sama dengan abdomen. Zhulmatur rahmi (kegelapan rahim) sama dengan dinding uterus, karena rahim yang dimaksud adalah uterus. Zhulmatul Masyimah (kegelapan tembuni) identik dengan membran amnichorionic.
Alloh Ta’ala berfirman :
ثُمَّ جَعَلْنَا نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS Al-Mu’minun : 13)
Syaikh as-Sa’di rahimahullahu berkata : “Nuthfah adalah sesuatu yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan kemudian menetap di “tempat yang kokoh” yaitu rahim, yang memeliharanya dari rusak, cedera dan selainnya.”
Sesuatu
yang keluar dari sulbi laki-laki adalah spermatozoa dan yang keluar
dari wanita adalah ovum. Lantas keduanya bercampur sebagaimana dalam
firman Alloh Ta’ala :
إِنَّا خَلَقْنَا الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَطٍ أَمْشَاجٍ
“Sesungguhnya kami menciptakan manusia dari tetesan air yang bercampur.” (QS Al-Insan : 2)
Campuran
keduanya ini membentuk zigot yang membelah diri membentuk blastocyst
yang tertanam secara kuat di uterus (tempat yang kokoh). (Gambar 2)
Gambar 2 : Blastocyst yang tertanam dalam uterus
Kemudian Alloh Ta’ala berfirman :
ثُمَّ خَلَقْنَا النُطْفَةَ عَلَقَةً
“Kemudian nuthfah itu Kami jadikan ‘alaqoh” (QS Al-Mu’minun : 14)
Kata ‘Alaqoh dari sisi bahasa Arab bermakna 3, yaitu :
-
Bermakna lintah.
-
Bermakna sesuatu yang tergantung.
-
Bermakna segumpal darah.
Dan maha suci Alloh, ternyata tiga makna yang terkandung di dalam kata ’Alaqoh ini tidak ada yang menyelisihi fakta saintifik modern sedikitpun.
‘Alaqoh
bermakna sebagai lintah, Ini adalah deskripsi yang tepat bagi embrio
manusia sejak berusia 1-24 hari ketika menempel di endometrium pada
uterus, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel di kulit. Serupa
pula dengan ‘lintah’ yang memperoleh darah dari inangnya, embrio manusia
juga memperoleh darah dari “endometrium deciduas” saat hamil. Hal ini
sangat luar biasa bagaimana embrio yang berumur 23-24 hari bisa
menyerupai seekor lintah (Gambar 3). Selama mikroskop dan lensa belum
ditemukan pada abad ke-7, para dokter tidak akan tahu bahwa embrio
manusia memiliki penampakan seperti lintah.
Ketika membandingkan lintah air tawar dengan embrio pada tahap ‘alaqoh,
Profesor Moore, seorang profesor Emeritus ahi anatomi dan embriologi
dari Universitas Toronto Kanada, menemukan kesamaan yang banyak pada
keduanya. Beliau berkesimpulan bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh memiliki penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Profesor Moore lantas menempatkan sebuah gambar embrio dan lintah bersebelahan (Gambar 3).
Gambar 3 : Atas, sebuah gambar dari lintah. Bawah, sebuah gambar dari embrio berusia 24 hari. Perhatikan penampakan seperti lintah pada embrio manusia dalam tahap ini.
Arti kedua, ‘alaqoh adalah ‘sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqoh. Dan ini adalah suatu fakta ilmiah.
Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Hal ini signifikan untuk mengamati sebagaimana pernyataan Profesor Moore, bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh
mengalami peristiwa internal yang sudah dikenal, seperti pembentukan
darah pada pembuluh tertutup, sampai siklus metabolisme selesai di
plasenta. Selama tahap ‘alaqoh, darah ditangkap di dalam
pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan
seperti gumpalan darah. Ketiga deskripsi tersebut secara mengagumkan
disodorkan oleh satu kata ‘alaqoh dalam Qur’an. Maha suci Alloh.
Alloh Ta’ala berfirman :
ثُمَّ خَلَقْنَا العَلَقَةً مُضْغَةً
“Kemudian ‘alaqoh itu kami jadikan mudhghoh” (QS Al-Mu’minun : 14)
Kata Mudghah
bisa bermakna “segumpal daging” dan bisa juga bermakna “sesuatu yang
dikunyah”. Akhir minggu ke empat, embrio manusia tampak seperti gumpalan
daging atau sesuatu yang dikunyah (gambar 4). Penampakan seperti bekas
kunyahan menunjukkan somit yang menyerupai tanda gigi. Somit
merepresentasikan permulaan primordia dari vertebrae (bakal tulang
belakang)
Gambar
4. Kiri, model plastik embrio manusia yang memiliki penampakan gumpalan
daging. Kanan, sebuah gambar embrio berusia 28 hari yang menunjukkan
beberapa somit seperti manik-manik yang menyerupai tanda gigi pada pada
model yang ditunjukkan di kiri.
Allah Ta’ala berfirman :
فَخَلَقْنَا المُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا العِظَامَ لحَمْاً
“Kemudian kami jadikan mudghoh itu ‘idhoman (tulang belulang), lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan lahma (daging/otot)” (QS Al-Mu’minun : 14)
Ayat di atas mengindikasikan bahwa setelah tahap mudhghoh,
tulang belulang dan otot terbentuk. Hal ini sesuai dengan perkembangan
embriologi. Pertama tulang terbentuk sebagai model kartilago (tulang
rawan) dan otot (daging) berkembang menyelimutinya dari mesodermal
somatik.
Allah Ta’ala berfirman :
ثُمَّ أَنْشَأْنَاُه خَلْقًا ءَاخَرَ
“Kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain” (QS Al-Mu’minun : 14)
Ayat
di atas mengimplikasikan bahwa tulang dan otot menghasilkan
bentukan/formasi makhluk dengan bentuk yang lain. Hal ini bisa mengacu
pada manusia yang masih berupa embrio yang terbentuk di akhir minggu ke
delapan. Pada tahap ini, embrio memiliki karekteristik khusus dan
memiliki primordia (bakal) seluruh organ dan bagian-bagiannya baik
internal maupun eksternal. Setelah minggu ke delapan, embrio ini disebut
fetus. Hal ini menjadikannya sebagai makhluk yang baru yang berbentuk
lain. Maha Suci Alloh, Pencipta yang paling baik.
Allah Ta’ala berfirman :
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ
“dan Ia menjadikan bagimu pendengaran, pengelihatan dan pemahaman (hati)” (QS an-Nahl : 78)
Ayat
di atas mengindikasikan bahwa indera khusus seperti pendengaran,
pengelihatan dan peraba berkembang pada tahap ini, adalah benar.
Primordia (bakal) telinga internal nampak sebelum permulaan perkembangan
mata, dan otak (tempatnya pemahaman) berdiferensiasi terakhir kali.
Allah Ta’ala berfirman :
ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِمُخَلَّقَةٍ
“Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna” (QS Al-Hajj : 5)
Penggalan
ayat di atas mengindikasikan bahwa embrio tersusun atas jaringan yang
berdiferensiasi (sempurna kejadiannya) dan jaringan yang tak
berdiferensiasi (tidak sempurna). Sebagai contoh, ketika tulang
kartilago (rawan) berdiferensiasi, jaringan ikat embrio atau mesenkim
yang menyelubunginya tak berdifirensiasi. Ia akan berdiferensiasi
kemudian menjadi otot dan ligamen yang menempel di tulang. Dan ini
adalah suatu fakta ilmiah yang tak terbantahkan.
Allah Ta’ala berfirman :
لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِيْ الأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
“Agar
kami jelaskan kepadamu dan kami tetapkan di dalam rahim (uterus), apa
yang kami kehendaki sampai waktu yang telah ditentukan” (QS Al-Hajj : 5)
Penggalan
ayat di atas menyatakan bahwa Alloh telah menetapkan dan menentukan
embrio di dalam uterus sampai masa penuhnya (kehamilan 9 bulan). Hal ini
juga diketahui secara jelas bahwa banyak embrio gagal berkembang selama
bulan pertama perkembangannya, dan hanya sekitar 30% zigot yang
terbentuk, berkembang menjadi fetus yang selamat hingga kelahiran.
Di
dalam buku “Developing Human”, DR. Moore menyatakan bahwa klasifikasi
modern tentang tahap perkembangan embrionik, yang telah diadopsi hampir
di seluruh dunia, adalah pengkasifikasian yang terlalu rumit dan tidak
komprehensif. Klasifikasi modern di atas tidak memberikan kontribusi
terhadap pemahaman mengenai tahapan perkembangan embrionik secara mudah
dan jelas, karena tahap-tahap tersebut berdasarkan bentuk numerik,
yaitu, tahap 1, tahap 2, tahap 3, dst. Pembelahan yang telah disebutkan
di dalam al-Qur’an tidaklah bergantung pada sistem numerik. Lebih jauh,
klasifikasi perkembangan embrio yang terdapat di al-Qur’an berdasarkan
pada pengidentifikasian bentuk (morfologi) dan ukuran yang lebih akurat,
mudah difahami dan jelas.
Al-Qur’an mengeidentifikasikan tahapan perkembangan prenatal sebagai berikut:
-
Nuthfah, yang berarti “setetes” atau “sejumlah kecil air”
-
‘Alaqoh yang berarti “struktur seperti lintah”, “segumpal daging” atau “sesuatu yang tergantung”.
-
Mudghah yang berarti “struktur bekas kunyahan” atau “segumpal daging”
-
‘Idhaam yang berarti “tulang” atau “rangka”
-
Kisaa al-‘Idham bil laham, yang bermakna membungkus tulang dengan daging atau otot.
-
An-Nasy’a yang berarti “formasi/pembentukan fetus yang sudah jelas”
Prof
Moore telah menjelaskan bahwa pembelahan versi Qur’an ini benar-benar
berdasarkan pada fase yang berbeda pada perkembangan prenatal. Beliau
telah menggarisbawahi bahwa deskripsi saintifis yang elegan ini lebih
komprehensif dan praktis. Dan seharusnya para saintis modern menjadikan
dasar klasifikasi perkembangan embriologi di dalam Al-Qur’an ini sebagai
dasar klasifikasi yang dipegang, karena lebih mudah difahami, akurat
dan saintifis.
Dari paparan di atas, apakah mungkin Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Salam
ini adalah kitab suci yang diada-adakan oleh beliau sebagaimana tuduhan
kaum kuffar dan atheis? Bagi orang-orang yang mempergunakan akal
sehatnya tentu akan mengatakan, “Maha Suci Alloh, sesungguhnya ini semua
berasal dari sisi-Mu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar