Minggu, 02 Oktober 2011

Tak niat berdamai, Israel umumkan rencana bangun (lagi) pemukiman di Yerusalem Timur


YERUSALEM (Arrahmah.com) – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, 
menolak kecaman internasional dan Arab terkait rencana Israel untuk membangun 1.100 rumah baru di permukiman Gilo ilegal, di Yerusalem Timur yang diduduki.
Juru bicara Netanyahu, Mark Regev, mengatakan bahwa “Gilo bukanlah penyelesaian, tetapi lingkungan di jantung Yerusalem”, Israel Ynet News melaporkan.
Netanyahu menolak semua kecaman Barat dan Arab terkait rencana tersebut dan secara sepihak mengklaim bahwa rencana ini tidak akan mengganggu upaya untuk dimulainya kembali perundingan perdamaian yang macet.
Netanyahu mengatakan bahwa persetujuan dari konstruksi baru pada Selasa (27/9/2011) hanya keputusan perencanaan awal.
Regev juga mengklaim bahwa Gilo adalah bagian dari Yerusalem, dan bahwa rencana tersebut “tidak bertentangan, dengan cara apapun sesuai keinginan Israel untuk solusi dua-negara “.
Amerika Serikat, Uni Eropa dan beberapa negara Arab mengecam rencana Israel tersebut  dan mengatakan bahwa itu hanya akan mempersulit situasi dan upaya untuk melanjutkan pembicaraan perdamaian yang macet.
Perwakilan Komite Kuartet, Tony Blair, hanya mampu menyatakan bahwa Komite ini “sangat prihatin mengenai keputusan Israel baru”. Blair menambahkan bahwa keputusan tersebut datang sementara Kuartet bekerja keras untuk memastikan dimulainya kembali perundingan damai.
“Pendirian kami selalu jelas, kita selalu menolak kegiatan permukiman dan kegiatan yang bertentangan dengan apa yang dinyatakan dalam Rencana Peta Jalan Damai”, Blair menambahkan, “Kuartet mengeluarkan pernyataan yang menyerukan pada semua pihak untuk menahan diri dari setiap tindakan provokatif, dan hari ini Saya tegaskan imbauan yang sama “.
Sementara itu, Kairo juga mengecam rencana baru Israel dan menyatakan bahwa langkah ini membuktikan bahwa Israel lebih memilih untuk melanjutkan tindakan yang provokatif, dan berkelanjutan dengan konstruksi yang tidak sah yang melanggar Hukum Internasional.
Kepala Perunding Palestina, Dr Saeb Erekat, menyatakan bahwa keputusan Israel menunjukkan Israel jelas “TIDAK” mendukung semua upaya perdamaian, dan mengabaikan pernyataan Kuartet terbaru mendesak Israel dan Palestina untuk melanjutkan pembicaraan damai.
Pembangunan pemukiman Israel dan ekspansi merupakan isu-isu utama yang mendorong Palestina untuk menghentikan pembicaraan langsung dengan Israel. Pelanggaran Israel lainnya yang berkontribusi terhadap keputusan adalah invasi Israel yang sedang berlangsung, serta pengambilalihan dan pembongkaran rumah warga Palestina di Yerusalem Timur yang diduduki. (rasularasy/arrahmah.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar